Wayang Kulit Sasak (https://warungwisata.com)
Wayang Kulit Sasak adalah Wayang kulit yang berkembang di Lombok yang pada dasarnya mengambil cerita Menak yang ceritanya bersumber dari Cerita Amir Hamsah yaitu paman Nabi Muhammad SAW. Daerah sebarannya umumnya dapat ditemui pada provinsi Nusa Tenggara Barat.
Disebut Sasak karena pembuatannya berasal dari etnis Sasak. Penatah wayang Sasak sampai saat ini ialah Amak Rahimah. Dahulu wayang Sasak dipergunakan untuk berdakwah agama Islam di pulau Lombok. Sekarang dipertontonkan dan untuk upacara adat, misalnya di masyarakat Malang kecamatan Gerung, kabupaten Lombok Barat. Bentuk wayang Sasak mirip dengan wayang kulit Gedog. Koleksi wayang kulit Sasak yang ada di Museum Wayang dibuat tahun 1925. Cerita wayang Sasak mengisahkan Amir Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Amir Hamzah dalam wayang kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayengrana. Pedoman yang dipakai huruf bahasa Jawa, diambil dari serat Menak karangan Yosodipura.
Wayang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang ada di Gumi Sasak sebagaimana daerah lain di Nusantara. Mengenai permulaan wayang di Lombok, tak seorang pun di zaman ini yang dapat mengetahui dengan pasti kapan tepat pertama kali ( hari, tanggal, bulan dan tahun) wayang masuk di Gumi Sasak. Kenyataannya bahwa tidak dijumpai leteratur tulisan yang mengungkapkan hal tersebut.
Sejarah
Menurut riwayat, menjelang kedatangan Islam di Lombok pernah terjadi musim pacakelik yang panjang yaitu selama tujuh tahun. Tanah menjadi kering dan rakyat menderita kelaparan. Hasil musyawarah para raja yang ada di Lombok memutuskan untuk mengutus Datu Perigi untuk pergi bertapa ke Gunung Rinjani memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam pertapaan itu Datu Perigi didatangi seorang berjubah putih yang bersedia membantu mencarikan jalan keluar mengatasi musim sulit yang dialami rakyat Gumi Sasak Datu Perigi disarankan mengadakan Gawe Mangajengan dan dalam gawe tersebut harus disertai dengan pagelaran wayang kulit.
Wayang kulit sasak (https://pkbmdaruttaklim.wordpress.com)
Kemerau panjang itu terjadi hingga akhir abad XIV, jadi gawe magajengan itu dilaksanakan pada abad XV. Petunjuk ini memberikan indikasi bahwa wayang di Lombok sudah ada saat itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Lalu Satriah yang menggunakan Babad Lombok sebagai sumber informasi. Lalu Satriah mengatakan bahwa wayang di Lombok sudah ada sebelum Sunan Prapen datang ke Lombok. Sunan Prapen datang di lombok sekitar tahun 884 H. Atau 1464 Masehi.
Di lain pihak, Lalu Maas dalam sebuah risalahnya ”Selintas Kilas Pewayangan di Lombok Timur” mengatakan, bahwa yang pertama kali membawa wayang di Lombok adalah utusan Wali Songo dari Jawa yang datang untuk menyebarkan Islam. Wali Songo sering menggunakan wayang kulit sebagai media penyebaran Islam.
Mitos Wali Nyato’ diceritakan oleh Satriah bahwa ketika Wali Nyato’ masih muda, pada suatu malam beliau pergi menonton pertunjukan wayang ke tanah Jawa bersama-sama dengan teman akrab beliau dari Rembitan. Beliau berangkat menjelang waktu isya ke Jawa dan pulang esok harinya menjelang waktu subuh. Beliau menceritakan pengalamannya menonton wayang di tanah Jawa malam itu kepada teman- teman sepergaulan. Sejak saat itu tidak lama kemudian di Lombok ada pagelaran wayang kulit.
Mitos Pangeran Sangu Urip Pati, diceritakan oleh H. Lalu Ambawa bahwa wayang pertama kali dibawa oleh Pangeran Sangu Urip Pati utusan Wali Songo dari Tanah Jawa. Beliau menyebarkan Islam dengan penuh perjuangan dan tidak meminta upah dalam menyajikan pertunjukan wayang. Upahnya hanya mereka yang menonton wayang harus membaca dua kalimah syahadat. Melihat kenyataan ini berarti bahwa jelas wayang yang berkembang di Lombok adalah berasal dari Jawa.
Pentas wayang kulit sasak (https://www.sasak.org)
Tokoh Utama
Pewayangan yang berkembang lambat laun di Gumi Sasak dinamakan wayang Serat Menak Sasak. Lakon-lakonnya bertumpu pada kesusastraan wayang yang dikenal dengan Serat Menak. Serat Menak ini diubah dari hikayat Amir Hamzah, yang selaras dengan khasanah kesusastraan Melayu yang mengambil tema Persia, Syah Nameh, dan ditulis dengan bahasa Jawa.
Amir Hamzah adalah paman Nabi Muhammad SAW, yang memperjuangkan agama Islam waktu itu. Amir Hamzah dijadikan tokoh sentral dalam pewayangan Serat Menak Sasak. Nama lain dari Amir Hamzah dalam pewayangan adalah Wong Agung, Jayeng Rane, Wong Menak, Ambiyah, Sang Menak Jayeng Murti dan lain-lain. Satu hal yang perlu diketahui menurut penjelasan dalang Ki Lalu Jaye bahwa cerita pewayangan Serat Menak Sasak adalah cerita yang dirilis sebelum kelahiran baginda Rasulullah SAW hingga menjelang kelahirannya. Setelah itu tidak boleh lagi ada cerita yang dirilis, apa lagi menyangkut tentang Nabi. Jadi segala lakon yang dituturkan dalam wayang Serat Menak adalah lakon tokoh sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Tokoh Utama Lainnya
Wayang kulit sasak berkembang sejalan dengan perkembangan agama Islam di Lombok. Peran utama yang disebut wayang prabu (praratu) berjumlah 140 tokoh. Wayang itu dibagi menjadi wayang kiri dan wayang kanan.
Munigarim merupakan puteri bijaksana, sabar, punya pendirian teguh, dan memiliki kesaktian tinggi pula. Ia istri pertama Jayengrana, dan putri nomor dua dari prabu Nursiwan, yang berasal dari kerajaan Medayin. Perkawinan Munigarim dan Jayengrana, melahirkan Raden Kobat Sare’as.
Umar Maya sosok gemuk, pendek, perut buncit, hidung besar dan bulat. Ia intelektual, bijaksana dan cerdas. Selain itu, ia juga sangat setia. Umar Madi tokoh sangat emosional dan kuat makan. Tak heran, tubuhnya juga gemuk. Bersama Umar Maya, ia juga pendamping yang setia.
Selandir merupakan putra raja Sailan. Tetesan darah Nabi Idris bernama Basirin Binti Syekh Bakar Abu Miswan, mengalir di tubuh ibunya. Selandir sangat kuat, dengan postur tubuh tinggi besar. Ia mengandalkan kekuatan fisik dan sangat ditakuti dalam peperangan.
Karawitan wayang kulit sasak (https://www.sasak.org)
Saptanus dan Santanus merupakan tokoh kembar yang memberikan pertimbangan strategi yang dilakukan oleh Jayengrana. Selain itu, kembar ini juga merupakan faktor keseimbangan dalam karakternya.
Bahasa
Bahasa yang dipergunakan dalam Wayang Menak Sasak adalah bahasa Kawi. Bahasa Kawi ini merupakan bahasa yang bersumber dari Jawa. Dengan demikian apa bila kita melihat kenyataan-kenyataan tersebut berarti semakin jelas bahwa wayang, pewayangan, pedalangan Sasak adalah produk kebudayaan Jawa. Mengenai lakon-lakon yang biasa dipentaskan dalam wayang Serat Menak Sasak bersumber dari babon Serat Menak. Dari babon Serta Menak ini diturunkan cerita carangan seperti lakon Bangbari, Lahat, Liman Tarujinaka, Jubil, Kawitan Maktal, Kawitan Selandir, Kabar Sundari, Rengganis dan lain-lain.
Lakon yang dikenal
Pada pewayangan Serat Menak Sasak, banyak cerita yang dilakonkan. Cerita-cerita tersebut antara lain :
1. Kawitan Maktal
2. Kawitan Selandir
3. Kabar Sundari
4. Ajar wali
5. Rengganis
Selain cerita yang disebutkan di atas masih banyak lagi cerita yang dilakonkan oleh para dalang. Salah satu yang paling terkenal ditulis dalam takepan daun lontar. Cerita tersebut dinamakan kelampan bel. Bel ini terdiri atas beberapa penangkilan atau episode. Paling kurang ada 7 (tujuh) penangkilan dalam lelampan bel. Bel ini mengisahkan tentang perjalanan Amir Hamzah atau Wong Menak dan Umar Maya yang berjalan menelusuri gumi untuk menyebarkan kebaikan.
Sumber: Irzaarveda