Memuat Konten...

Rumah Adat Nusa Tenggara Timur (NTT)

Rumah Adat Mbaru Niang di Kampung Wae Rebo, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (https://www.yukpegi.com)

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.

Penduduk atau suku-suku di Nusa Tenggara Timur berjumlah 20 (dua puluh) suku, baik dengan kelompok penduduk besar dan kecil, tentunya bahasa komunikasi akan berjumlah sama (baca: 10 persen Bahasa Dunia ada di Indonesia)

Sahabat GPS Wisata Indonesia, dengan beragam rumah adat Nusa Tenggara Timur, maka akan disajikan beberapa rumah adat mewakili rumah adat yang ada.

1. Rumah Adat Mbaru Niang

(https://www.yukpegi.com)

Tahukah Anda bahwa ada satu kampung adat di Indonesia yang mendapatkan Award of Excellence dari UNESCO? Kampung adat ini adalah Wae Rebo yang terdapat di Gunung Pocoroko, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sejak mendapatkan gelar itu, kampung adat ini menjadi primadona baru dan banyak orang yang ingin mengunjunginya meskipun membutuhkan perjuangan untuk mencapai kampung ini.

Anda harus menempuh perjalanan kaki selama 4,5 jam karena Wae Rebo terletak sejauh 9 kilometer dari kampung terakhir di Denge, Untuk mencapainya pun anda perlu berjalan di jalan setapak dengan kemiringan 45 derajat yang berada di antara hutan lebat. Cukup berat bukan?

Mbaru Niang adalah rumah adat yang memiliki 5 tingkat yang ada di Kampung adat Wae Rebo. Keunikan rumah adat ini karena bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang sudah kering.

Tingkat satu merupakan tingkat yang langsung kita temui didalam rumah atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua adalah ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.

Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, Anda bisa melihat banyak benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur.

2. Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara

(https://macam2budayaindonesia.blogspot.com)

Selain Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur masih memiliki rumah adat lain yang tak kalah unik, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara namanya. Rumah ini cukup unik karena memiliki atap ilalang kering dan hampir mencapai tanah.

Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara terdapat di Desa Koanara, Kelimutu, NTT. Rumah adat ini cukup unik dan menarik perhatian karena atapnya yang khas. Atap rumah adat ini terbuat dari ilalang dan mencapai tanah.

Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal dan lumbung padi. Rumah baku adalah rumah yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang milik leluhur. Sudah ada 13 keturunan yang tulangnya di simpan di rumah ini. Salah satu rumah ada yang memiliki atap hingga menyentuh tanah, inilah rumah penyimpanan hasil panen sawah.

Jika melihat ada kepala kerbau terpampang di depan pintu rumah, itu tandanya Anda telah berada di rumah tinggal.

Secara umum, pengertian rumah menurut kamus Oxford, house is as building for people to live in, ussually for one family (rumah adalah bangunan tempat tinggal orang, biasannya untuk tinggal satu keluarga). Dari definisi rumah tersebut maka akan jelas fungsi vital sebuah rumah bagi suatu keluarga, yakni sebagai tempat tinggal. Jadi, sangat tergantung dari penghuni masing-masing. Rumah adat atau sa'o ria sesungguhnya bukan sekadar tempat tinggal saja melainkan mempunyai makna filosofi yang teramat dalam.

Rumah adat sa'o ria adalah tempat hidup dan berinteraksi komunitas masyarakat Lio karena hidup pada prinsipnya keseimbangan antar manusia dengan manusia, serta keseimbangan antar manusia dengan alam semesta, yang mana Sang Pencipta adalah equilirium hidup manusia. Rumah adat bukan sekedar tempat tinggal anggota keluarga saja, melainkan juga "berkumpulnya" nilai-nilai estetika, religi, norma dan budaya. Setiap detail rumah adat selalu mengandung filosofi dan cerminan perilaku arif suku Lio.

Sumber bacaan:

Informasi lebih lanjut hubungi

Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

Paviliun Provinsi Nusa Tenggara Timur
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
pasang iklan disini
pasang iklan disini
pasang iklan disini
pasang iklan disini
pasang iklan disini
Previous Post Next Post

Breaking Posts

Ads Area